Kamis, 16 Juni 2011

about Conducting

STT Abdiel

Musik Gereja







Bab I
Dasar-dasar Conducting

Pengertian Conducting
Conducting adalah kegiatan memimpin sebuah kelompok/tim musik yang dilakukan oleh seorang pemimpin yang disebut conductor/dirigen. Dirigen/konduktor ini memimpin sebuah pertunjukan musik melalui gerak isyarat. Orkestra atau paduan suara biasanya dipimpin oleh seorang dirigen. Istilah Dirigen atau Conductor adalah istilah yang biasa dipakai untuk seorang pemimpin musik. istilah ”conductor” dari bahasa Inggris yang berarti menyalurkan Sedangkan untuk Istilah”dirigen” diambil dari bahasa Jerman. Dirigent artinya orang yang mengarahkan. Pada dasarnya fungsi kedua istilah ini tepat karena seorang dirigen/conductor tersebut memang bertugas mengarahkan dan juga menyalurkan isi musik kepada para musisi.
Posisi sebagai seorang conductor/dirigen pada abad pertengahan belum dikenal oleh Eropa maupun negara-negara lainnya. Pertunjukan musik pun sama sekali minim, hanya seputar ibadah dalam gereja dan kerajaan. Selain pertunjukan musik yang minim, para musisinya (baik pemain instrumen maupun penyanyi vokalnya juga minim, sehingga pertunjukan demikian hanya dibutuhkan seorang pemimpin. Seluruh kegiatan bermusik ini akhirnya menjadi tanggung jawab satu individu sebagai pemimpin. Kegiatan memimpin musik biasa dilakukan dengan cara pendengaran ataupun kontak mata. Pemimpin musisi masa itu disebut “Cantor“ artinya penyanyi atau “concert master” yang disebut sebagai pemimpin konser.
Karena pertambahan jumlah anggota musik, instrumen dan rumitnya komposisi musik masa itu, maka semakin tinggilah kebutuhan akan seorang pemimpin yang bertugas khusus memberi aba-aba bagi anggota musik. Maka dengan demikian, munculah sebuah pekerjaan conductor/dirigen. Ini muncul sekitar akhir abad ke 17. Setelah itu, pada abad ke 19 dirigen hanya bertugas memberi aba-aba tanda masuk dan mengetuk tempo lagu, agar semua masuk bersama-sama dan musik terdengar merdu di telinga sesuai yang ditulis oleh komposer. Menurut Richard Wagner, “seorang komposer besar, inilah yang memberikan beban baru dalam profesi dirigen. Ia menekankan perlunya seorang dirigen menjadi seorang konduktor bagi musik yang dipimpinnya.” Seorang dirigen harus mencerminkan pribadi dan mengekspresikan dirinya lewat musik yang dimainkan oleh pemusik maupun penyanyi. Dirigen inilah yang akan menjamin musik dimainkan sesuai dinamika yang dibuat oleh komposer, bukan hanya itu dirigen juga dituntut membuat lagu menjadi hidup dengan memeberi jiwa sendiri dengan penafsiran lagu sesuai kehendaknya.

Syarat Menjadi Dirigen
1. Menunjukan Kompetensi Musik
Hal ini harus dimilki seorang pemimpin musik. Pemimpin musik memiliki kompetensi dalam bidang toeri musik, harmoni, sight reading, sejarah musik, literatur musik, pengetahuan dan perkembangan musik, seni pertunjukan , pengetahuan praktek mayor (vokal, piano, gitar dan lainnya) dan teknik conducting itu sendiri.

2. Memiliki Kemampuan Memimpin dan integritas
Memiliki wibawa dan kemampuan memimpin tim/kelompok, mampu bekerjasama dengan baik dan memotivasi anggota/tim. Memiliki rasa hormat yang tinggi terhadap orang lain maupun anggota dan berintegritas sebagai pemimpin.

3. Memiliki Kemampuan Komunikasi yang baik
Mampu mengkomunikasikan diri dan bakat dengan baik dan efektif. Memiliki kemampuan berkomukasi secara baik dengan anggota maupun dengan Tuhan.

4. Memiliki Kompetensi Sebagai seorang Pengajar
Melakukan latihan pembelajaran, merencanakan dan menginstruksi, memberi contoh dan menciptakan suasana belajar.

5. Memiliki Keahlian Berorganisasi
Memiliki kemampuan mengatur dan melakukan administrasi msuik secara baik, agar terlaksana dengan baik dan tujuan utama tercapai

6. Sehat secara Jasmani maupun rohani
Jasmani dan rohani yang sehat memungkinkan seseorang untuk memimpin. Termasuk pendengaran yang baik, kepekaan terhadap pendengaran akan sangat membantu seorang dirigen dalam proses kepemimpinan musik.

7. Mencintai Musik
Memiliki kecintaan terhadap musik, sehingga karya yang tercita pun merupakan karya yang terbaik.


Beberapa dasar-dasar yang harus diketahui oleh seorang Condutor.

1. Sikab dan Posisi Badan
Pemimpin Musik harus diterima dan diakui oleh anggotanya. Sikap pemimpin musik itu penting, karena ini menunjukkan peran kepemimpinan seseorang, sikap ini akan berpengaruh kepada anggota. Sikap dan peran yang meyakinkan akan membuat anggota musik pun akan merasa yakin dalam bermusik.

Elemen dasar sikap badan yang baik dalam kondakting :
Jarak kaki kira-kira enam inch, berat badan ditumpukan pada masing-masing kaki. Satu kaki sebaiknya maju kedepan untuk menjaga badan agar tidak goyang-goyang. Lutut jangan tegang dan pinggul tegak. Punggung direnggangkan dan tulang dada diangkat. Bahu ditarik kebelakang, turun dan rileks. Terakhir, kepala jangan menunduk, pandangan lurus kedepan, dagu sedikit diangkat.


Posisi Tangan dan lengan

Didalam beating teknik ada tiga unsur penting : seperti telapak tangan termasuk jari-jarinya, lengan bawah dan lengan atas. Didalam dirigen ini dapat digunakan secara terpisah namun juga dapat mengggabungkannya secara bersama.

Bahu : merupakan sendi yang menjalankan lengan, dan bahu merupakan penstabil gerakan lengan.
Lengan : lengan atas direntangkan ke sisi luar dan agak maju sepertimenjabat tangan. Angkat siku kira-kira 30o. Jangan menekuk dan memposisikan siku dibawah lengan. Tetap pada posisi demikianagar siku terangkat dan menggerakkan lengan atas ke sisi luar dan agak maju. Lengan bawah dihubungkan dengan lengan atas oleh siku. Lengan bawah direntangkan didepan badan membentuk sudut 90o dengan lengan atas.
Pergelangan tangan : penting untuk membuat beat point (pukulan). Pergelangan diharapkan tidak kaku, tapi untuk teknik marcato sedikit tegap. Namun fleksibel, tidak lemas.peregakan tangan yang lemas akan mengaburkan ictus.
Tangan : kepalan tangan harus selalu menghadap kebawah. Jari tangan diluruskan membentuk pola kondakting, jangan kaku dan terbentang. Jari jempol diposisikan disamping telunjuk.

2. Bidang Vertikal dan Bidang Horisontal
Bidang ini membantu untuk menentukan jalur tangan saat merlakukan pola kondakting, agar pola rapi dan terlihat jelas. Pensimetrisan teknik kondakting dengan tangan biasa dilakukan oleh para dirigen. Namun bagi pemula biasanya hanya dengan menggunakan satu tangan yaitu tangan kanan dengan mempertahankan pola.
Bidang vertikal horisontal adalah bidang yang saling memotong di titik ketukan bawah atau ketukan pertama meter. Posisi vertikal dibayangkan seperti garis lurus dari atas kebawah didepan bahu. Horisontal adalah posisi sama dengan permukaan dada. Vertikal mulai dari depan bahu sampai sekitar 30 cm kebawah. Horisontal terbentang di sisi depan tubuh.


3. Membuat Ictus (pukulan Ketukan)
Ictus adalah pukulan ketukan. Terjadi tepat saat ketukan terjadi. Kunci teknik kondakting yang baik adalah memberikan ictus yang jelas. Jika pukulan lemah maka letak ictus menjadi kabur. Hal sedemikian bisa dianalogikan seperti sedang memegang yoyo. Tangan dengan cepat menyentak ke bawah, dan memantul keatas. Pergelangan tanganlah yang memungkinkan pekerjaan tangan yang sedemikian. Pantulan dari pergelangan tangan mendahului gerakan tangan dan gerakan ini akan diikuti oleh lengan bawah. Bila melakukan gerakan ictus jari jangan terlalu menukik atau merenggang karena ini akan mengurangi ketegasan ictus.

4. Kontak Mata
Dalam perannya sebagai pengaba, dirigen/pemimpin paduan suara harus berkonsetrasi penuh pada musik yang terjadi di sekelilingnya. Fungsi utamanya pun bukan sebagai pemusik yang dapat mengeluarkan suara, apalagi mengeluarkan suara pada saat mengaba yang dapat mengganggu musik itu sendiri. Maka dari itu, kontak mata dan bahasa isyaratlah yang menjadi sarana utama dalam berkomunikasi dalam pertunjukan musik. Kontak mata ini biasa dilakukan dengan pandangan mata mengarah kedepan, dengan pandangan yang pasti dan penuh percaya diri.










Bab II
Teknik Conducting

A. Pola Pukulan
Pola pukulan bergantung pada lagu yang akan dimainkan/nyanyikan. Setiap lagu memilki pola pukulannya masing-masing. Pola pukulan ini pun tidak selalu sama antara lagu satu dengan yang lainnya. Karena ini akan bergantung pada seberapa sukat yang akan dimainkan. Berikut beberapa bentuk pola pukulan dalam conducting.

Pola-pola Conducting

1. Pola 4/4
ketukan pertama, kedua, ketiga dan keempat semua terletak pada bidang horizontal yang sama. Ketukan pertama tepat terdapat pada potongan garis vertical dan horizontal, sedangkan ketukan terletak pada sebelah kiri bidang vertical, dan ketukan ketiga ada dikanan bidang vertical, jua ketukan keempat terletak ditengah-tengah antara ketukan pertama dan ketiga. Perlu diperhatikan, dalam pembuatan pola diketukan ketika. Jika tidak tepat ketukan ketiga dan keempat akan berdempetan, dan pola ketukan menjadi tidak jelas. Hindari juga untuk membuat lengkungan pola yang terlalu besar, maka akibatnya pola akan mengalami hal serupa, yaitu tidak jelas. Biasanya kan ditemukan banyak kesalahan dalam gambaran pola secara praktikal, seperti ketukan keempat yang yang tidak jelas karena rentangan tangan yang terlalu lebar dan mendarat.

2. Pola ¾
Pada gambar ¾ ketukan pertama terletak tepat digaris vertikal, sedangkan ketukan kedua dan ketiga. Bentuk pola ketukan ini hampir sama dengan ketukan 4/4. Semua ketukan terletak dibidang horizontal yang sama.

3. Pola 2/4
Ketukan pertama pada gambar pola 2/4, terletak sedikit kebawah dari bidang horisontal dan ketukan kedua terletak tepat garis horisontal.


4. Pola ¼
Didalam pola ¼ ini memiliki hanya satu pulsa dalam setiap birama ini, dan pulsa tersebut bernilai 1/4 . Gerakannya turun naik secara sederhana dengan satu ictus yang beraksen, aksen ini hanya terjadi pada pukulan kebawah, sedangkan yang keatas tidak.


5. Pola 6/8 dan 6/4
Ketuka pada pola ini meiliki enam pulsa (lihat gambar), sebenarnya hampir sama dengan pola 9/8 dan 9/4. Hanya saja pada ketuka keenam, diubah naik kearah bidang vertical. Namun biasanya untuk lagu cepat, pola ini menggunakan pola yang hampir mirip dengan 2/4 (lihat gambar). Namun pada ketukan keduanya lebih kearah bawah menyamai ketukan pertama.
Pola 6/8 dan 6/4 yang memiliki enam pulsa pola 6/8 dan 6/4 yang memiliki dua pulsa

6. Pola 9/8 dan 9/4
Gerakan pola ini biasa dilakukan pada lagu yang tidak terlalu cepat, namun jika lagu cepat maka pola bisa memakai polanisyarat 3/4. Namun sebenarnya dianjurkan untuk memakai pola yang sebenarnya agar setiap ketukan terlihat dengan jelas. Pada ketukan pertama seperti biasa dibidang vertical, sedangkan ketukan kedua dan ketiga berada di kiri bidang vertical, ketukan keempat, lima, enam di kanan bidang vertical dan ketukan ketujuh, delapan, Sembilan berada diatas bidang horizontal mendekati bidang vertical.

7. Pola 12/8 dan 12/4
Seperti pola-pola sebelumnya, ketukan pada pola ini hanya ditambahkan dikanan dan dikiri bidang vertical, dan atas bidang horizontal. Namun biasanya gerakannya akan sedikit membuat bingung karena harus kembali dari kanan kekiri bidang bertikal, lalu kekanan lagi.

8. Pola 5/4
Pola ini dilakukan dengan dua cara berdasarkan pulsa 3+2 dan 2+3. Pada gambar pola pertama menunjukan pulsa 3+2, ketukan kedua dan ketiga berada disisi kiri dari bidang vertical seperti pola 6/8. Sedangkan pada gambar kedua, pulsa 2+3, hanya ketukan kedua yang berada dibidang vertical. Namun untuk ketukan yang cepat maka biasanya memakai pola 2/4, tapi salah satu ketukannya harus ditahan lebih lama. Karena nilai pulsanya yang ganjil.


B. Pukulan Persiapan (preparation beat) dan Ketukan pertama

Hal ini biasa dikenal dengan gerakan isyarat persiapan, atau sebuah gerakan persiapan untuk memulai sebuah musik. Gerak preparation beat adalah gerak awal yang dilakukan dirigen, biasanya satu ketuk sebelum masuk dalam lagu. Jika ketukannya 4/4 dan masuk pada ketukan pertama, maka preparation beatnya adalah diketukan keempat, jika lagu diawali pada diketukan ke 4 maka preparation beatnya adalah pada ketukan keempat.
Ketinggian preparation beat sisuaikan dengan dinamikanya. Jika dibidang horisontal maka dinamikanya keras,. Sedangkan bahu dibawah berarti dinamikanya piano, sebaliknya jika bahu diatas maka dinamikanya forte. Tempo musik disesuaikan dengan preparation beat, karena preparation beat menentukan seberapa cepatnya sebuah ketukan dan tempo dalam lagu. Selain hal itu, preparation beat pun menentukan artikulasi yang dinyanyikan, gerak preparation beat menentukan kehalusan dan kekakuannya, atau biasa sering dikenal dengan legao, staccato dan marcato. Jika legato, maka gerakan preparation beatnya akan lembut atau halus, sedangkan jika gerak tangan terpatah-patah dan kaku maka diharapkan adalah staccato dan marcato.

Masuk Pada Ketukan Gantung
Setelah belajar preparation beat diatas, maka perlu juga untuk mengetahui bagaimana masuk pada ketukan kedua, ketiga dan keempat. Pertama kita akan pelajari masuk pada ketukan kedua (lihat gambar). Persiapan diawali dari tangan kanan bidang vertikal lalu bergerak mendekati bidang vertikal. Lalu tangan digerakkan kearah ketukan kedua kesisi kiri bidang vertikal. Kemudian untuk preparation beat pada ketukan ketiga maka gerakan persiapannya dimulai dari tangan kanan yang ada disamping kanan bidang vertical lalu bergerak mendekati bidang vertical. Lalu gerakan selanjutnya adalah gerakan menuju pada ketukan ketiga (lihat gambar). Sedangkan untuk gerakan preparation beat pada ketukan keempat maka ini akan diawali dengan gerakan tangan kanan berada ditengah dekat dengan bidang vertical, lalu bergerak kearah samping kanan, dan selanjutnya gerakkan diarahkan kepada ketukan keempat (lihat gambar).
Preparation beat :
pada ketukan kedua pada ketukan ketiga pada ketukan keempat


Internal Release dan Final cutoff (berhenti ditengah lagu dan mengakhiri lagu)
Internal release ini adalah tindakan pemotongan didalam lagu. Internal release terletak pada saat mengambil nafas atau selesainya sebuah frase. Internal release diakhiri dengan gerakan ekor cutoff (pemotongan) keatas.ini sebagai tanda istirahat yang singkat kemudian dilanjutkan lagi.
Internal release pada ketukan keempat final release


Fermata
Fermata adalah gerakan ritmik berhenti dan nada musik ditahan pada ketukan dimana fermata diunjukan. Gereakan fermata ditentukan oleh seberapa panjang nada yang ditahan berdasarkan intepretasi seorang dirigen. Ketika sampai pada nada fermata, kedua tangan atau salah satu tangan harus bergerak melambat menunjukan musik yang dpertahankan atau diperpanjang. Gerakan sedemikian bergerak secara horizontal baik kanan atau kiri.
Tiga jenis fermata yang diketahui yaitu :
Fermata dengan istirahat yang panjang, yaitu fermata yang diikuti olrh istirahat yang panjang. Ini seperti final release yang diikuti oleh waktu diam. Namun disini harus dibuat kembali preparation beat untuk mengawali musik. Garis miring (caesura) pada gambar merupakan simbol berhenti. Tanda istirahat diketukan keempat mengikuti fermata yang digunakan sebagai preparation beat. Sedangkan garis tebal menunjukan fermata yang dipertahankan. Disisi kanan vertical menandaka berhenti yang dilanjutkan dengan gerakan kekanan sebagai preparation beat baru (garis putus-putus). Gerak fermata dengan istirahat yang pendek releasenya sama dengan gerak sama dengan gerak isayarat untuk menyiapkan ketukan selanjutnya. Jeda istirahat tidak sepanjang fermata yang pertama, sebagai nafas untuk memulai frase berikutnya.
Gambar fermata dengan istirahat panjang fermata dengan istirahat pendek

Sedangkan fermata tanpa istirahat, ini adalah fermata yang tidak ada jedanya sama sekali. Fermata ditahan sesuai kehendak dirigen, lalu dilanjutkan pada frase berikutnya tanpa jeda. Pada fermata ini, gerakan persiapannya adalah gerakan biasa pada pola ketukan hanya saja memiliki ketukan yang dikembalikan seperti semula.
Fermata tanpa istirahat

C. Tanda penunjukan/mulai (cue)
Cueing biasa dikenal sebagai isyarat menunjuk. Hal ini dilakukan untuk menunjuk pada salah satu bagian atau kelompok musik. Cue bertujuan untuk menunjuk kelompok musik yang diminta untuk memulai/mengawali/bernyanyi terlebih dahulu dari anggota musk lainnya. Hal demikian biasa dilakukan untuk tim musik yang bersahut-sahutan. Dan ini dilakukan satu ketuk sebelum menunjuk. Cue bisa dilakukan baik dengan tangan kanan atau dengan tangan kiri atau kedua tangan. Dan gerakan ini harus memungkinkan gerak pola yang tetap. Gerakan cue juga membutuhkan kontak mata yang baik, karena jika melakukan cue, maka mata harus melihat kepada kelompok yang mendapat cue. Posisi tangan harus dengan telapak terbuka menghadap sisi kanan, jari-jari lurus kedepan, jempol keatas.

Beberapa Cueing juga dapat menentukan beberapa bentuk konsonan seperti gambar dibawah ini.

D. Dinamika
Adanya variasi gerakan dengan merubah amplitude dan lebar gambaran pola. Dinamika ini berfungsi untuk memberikan variasi perubahan keras lembutnya lagu seperti crescendo, dan decrescendo. Dinamika bisa memakai kedua tangan, atau hanya dengan tangan kiri saja. Namun dalam membuat dinamika ini pola harus tetap dipertahankan oleh tangan kanan.
Penggambaran dinamika
Kedua dinamika baik crescendo maupun decrescendo biasa digambarkan oleh tangan kiri, sebab tangan kanan berfungsi untuk mempertahankan tempo. Biasanya dinamika yang dilakukan dengan satu tangan ini dipakai oleh kalangan dirigen yang belum mahir. Dinamika crescendo dgambarkan dengan pola yang bergerak semakin naik kekiri atas dan melebar, sedangkan gerak decrescendo adalah gerakan sebaliknya, yaitu gerakan turun dan semakin mendekati garis perpotongan verikal horizontal.




Pola dinamika crescendo pola dinamika decresendo


E. Artikulasi
Artitulasi ini merupakan gambaran gerak pola yang diartikulasi. Beberapa gambar bentuk artikulasi yang tidak kaku (pola 2/4) dan seolah melambai/mendayu-dayu ini adalah bentuk pola legato, sedangkan bentuk pola yang kaku adalah bentuk pola staccato.
Bentuk legato Bentuk pola staccato

Sedangkan bentuk pola gerakan yang kaku dibawah ini, biasa dikenal dengan gerakan marcato.
Bentuk pola marcato


F. Control Tempo
Cara mengontrol tempo dengan tepat adalh dengan mempertahankan gerakan pola dengan baik dengan tangan kanan. Biasanya tempo akan kacau jika lagu sudah tidak sederhana lagi, mendapat tambahan dinamika, artikulasi dan lain-lain.

G. Latihan Teknik Kondakting
 Posisi tangan yang datar dibawah, lalu tangan kita diangkat, majukan kearah depan sedikit, sehingga posisi tegak lurus kedepan. Coba lepaskan dan lepas lagi
 Posisi telapak harus sedikit membulat/melengkung kedalam atau kebawah, seolah-olah memegang sebuah jeruk besarn atau sebuah bola besar. Bila posisi tangan melengkung keatas maka ini bukanlah posisi kodakting.
 Posisi ibu jari jangan kebawah atau keatas melainkan sejajar dengan jari yang lain.
 Posisi tangan bisa dipakai pada saat membuat dinamika legato atau juga staccato. Pada saat staccato sebaiknya anda menghitung seolah-olah 1+2.
 Posisi tangan bisa menjadi aktif (mempunyai kekuatan) pada saat menyanyi staccato, markato tetapi tidak untuk lagu legato. Untuk lagu cepat point pimpinannya haruslah jelas.
 Jarak jari 1+5 atau ibu jari kelingking sedikit lebih dekat untuk dirigen mengatakan : tambah suara/volume suara tambah.
 Untuk tempo anda bisa selalu memakai tangan kanan sedangkan dinamika besar/kecil bisa memakai yang kiri. Bila saatnya kita mengangkat tangan seluruhnya kita juga turut diayunkan. Sepertinya kita sedang memenggal sebuah daging yang terbuat dari karet, sehingga sewaktu memenggal, tangan kita pun ter-pental keatas, jangan stop dibawah, seolah-olah keatas dan kembali kebawah.




Bab III

Pemimpin Musik dan Paduan Suara
Tujuan utamanya dari adanya pemimpin paduan suara adalah suara yang dihasilkan oleh pemusik yang dimotivasi oleh gerakan sang conductor. Dengan alasan inilah, seorang conductor harus melakukan gerakan kondukting yang sessuai standar gerakan konduktor yang baik. gerakan ini biasa dikenal dengan bahasa tubuh/gestures. Terkadang gerakan yang berlebihan akan berefek tidak baik dan memalukan.
walaupun ada standar khusus bahasa tubuh di kalangan pemimpin musik, namun kunci utama dari suatu penampilan adalah latihan bersama. Latihan ini dibutuhkan karena bagaimanapun juga bahasa isyarat memiliki keterbatasan, sehingga komunikasi verbal tetap dibutuhkan untuk mengarahkan dan menyamakan persepsi dalam bermusik.
Semua bagian yang perlu dijelaskan, diulang, dimengerti atau dikompromikan dilakukan pada saat sesi latihan. Pada saat penampilan sang dirigen tidak lagi berhak bicara dan ia harus mempercayakan bahasa tubuhnya untuk mengekspresikan musik yang ditulis dan dibayangkannya.
Sebagai seorang pemimin musik/paduan suara, seorang dirigen/conductor haruslah melakukan kegiatan pembinaan suara demi meningkatkan kualitas paduan suara. Maka, hal-hal yang perlu diketahui adalah :
Hal-hal yang perlu diketahui pemibinaan suara :
Teknik pernapasan
1 . Pernapasan Bahu
Yaitu mengambil napas dengan mengembangkan bagian atas paru-paru, sehingga mendesak bahu menjadi terangkat keatas. Mengambil napas dengan cara ini sangat dangkal, tidak tahan lama dan sikap tubuh menjadi kurang indah.
2 . Pernapasan Dada
Napas sepenuhnya dimasukkan kedalam paru-paru sehingga rongga dada membusung kedepan. Pernapasan ini membuat paru-paru menjadi cepat lelah dalam menahan udara, sehingga suara yang dihasilkan tidak stabil, gelap (berat) dan parau karena udara yang dikeluarkan kuarang teratur, juga dengan teknik ini kita menjadi boros nafas.
3. Pernapasan Diafragma
Paru-paru dapat terisi dengan penuh tanpa terjepit, karena ruangan diperluas dengan menegangkan diafragma. Dan paru-paru sedikit mengembang. Cara pernapasan seperti ini biasanya didapat ketika posisi orang sedang tidur. Atau pengambilan napas seperti orang sedang menguap. Dengan ini nafas menjadi terasa panjang dan mempermudah kita untuk mencapai pitch point dalam bernyanyi

Gambar teknik pernapasan diafragma
Artikulasi
Adalah pelafalan atau pengucapan huruf, baik huruf hidup/vokal juga huruf mati (b, c, d, f,…dst). Huruf hidup adalah nada substain, suara vocal yang mengalir bebas. (a, i, u, e, o). fungsi artikulasi disini adalah agar kata-kata/bahasa dalam lagu disampaikan dengan jelas, dan agar orang yang mendengarpun mengerti maksud daripada lagu yang disampaikan.
1. Artikulasi Huruf Hidup
Pembentukan huruf hidup tergantung dari sikap rongga mulut terutama lidah. Terkadang orang Indonesia masih merasa sulit untuk mengucapkan pelafalan ‘a’, maka diperlukan cara untuk insetting ‘a’. Yaitu dimulai dengan keras, dimualai dengan didahului ‘h’, ‘m’, ‘n’ atau memulainya dengan lembut. Demikian juga dengan huruf ‘e’ yang singkat dan lemah dalam pelafalannya harus dengan cara tertentu agar diucapkan dengan jelas. Selain huruf diatas masih dapat dilafalkan dengan baik oleh orang Indonesia. Namun juga masih terdapat huruf hidup yang gelap, umlaut (yang ditemukan dalam lagu-lagu bahasa asing seperti Jerman) dan huruf hidup rangkap yang perlu diperhatikan pelafalannya. Kesalahan-kesalahan yang perlu dihindari untuk melafalkan huruf hidup yang rangkap adalah :
 Jangan berubah kearah satu bunyi saja, misalnya ‘selesaaai’/’selesaiii’
 Kedua huruf jangan ditekan satu satu, missal ‘selesa-i’/’dika-u’.

2. Artikulasi Huruf Mati
Huruf mati dibedakan dalam dua bentuk:
 Huruf mati yang bisu (b ,c ,d ,f ,g ,h ,j ,k ,p ,s ,t ,kh ,sy.). Beberapa huruf mati yang bisu ada yang terjadi karena letusan kedua bibir ‘b’ dan ‘p’, karena letusan lidah yang menekan kuat pada akar gigi atas ‘d’ dan ‘t’, karena lidah menekan langi-langit lunak ‘g’ dan ‘k’.
 Huruf mati yang bersuara (l ,m ,n ,r ,v, y z ,ng.). Huruf-huruf ini bila diucapkan mempunyai gejala resonansi dan merupakan jembatan antara dua huruf hidup.
Huruf mati merupakan huruf bantu untuk huruf hidup. Terutama huruf bisu pantas diperhatikan dengan baik-baik, karena dalam nyanyian huruf bisu dapat mematikan bunyi huruf hidup. Agar ucapan huruf bisu pada akhir kata menjadi serentak, diperlukan latihan yang teliti. Dan hendaknya dilatih dan dibedakan dengan sejelas-jelasnya, sehingga menghasilkan bunyi masing-masing yang jernih. Jangan lupakan adanya pengaruh bahasa daerah lainnya yang dapat mempengaruhi artikulasi huruf-huruf diatas.

Resonansi (Teknik Dengung)
Adalah suatu gejala bunyi kembali dari suatu ruangan, atau gema yang timbul karena adanya ruangan yang memiliki dinding-dinding yang keras sehingga sanggup memantulkan suara. Jadi resonansi bisa disebut juga dengan gema. Tubuh manusia sebagai anugrah terbesar Tuhan pun dapat dipakai sebagai alat resonansi. Ruang resonansi ini terdiri dari semua ruangan dalam tubuh manusia (yang berfungsi sebagai gendang) terutama bagian atas pita suara dan rongga kepala. Perlu diperhatikan resonansi yang tepat dan baik agar dalam pelaksanaan menyanyikan lagu terjadi resonansi dalam tubuh.
Bentuk Resonansi Vokal Sebagai Warna Suara :
1. Resonansi Dada
Ini menambah kaya warna suara yang dalam/dark untuk power, kehangatan dan sensualitas. Resonansi ini menciptakan perasaan yang mendalam dalam vokal.
2. Resonansi Mulut
Digunakan untuk vocal percakapan.
3. Resonansi Nasal
Resonansi ini berwarna cerah dan tajam, sering didunakan dengan resonansi mulut untuk menciptakan dorongan ke depan (forward placement). Dan juga menambah overtone yang memberi kejernihan dan proyeksi pada vokal.
4. Resonansi Kepala
Ini digunakan untuk vokal yang lembut.

Rongga-Rongga Resonansi
Rongga resonansi ada yang dapat diubah bentuknya namun ada juga yang tidak dapat diubah. Rongga yang tidak dapat diubah adalah rongga dahi, rongga tulang baji, rongga tulang saringan, rongga rahang. Sedangkan rongga yang dapat diubah adalah rongga tenggorokan, rongga mulut, rongga hidung. Fungsi dari rongga yang dapat diubah adalah menibulkan perbedaan warna suara dan huruf hidup.
















Penutup

Demikianlah tugas akhir Conducting ini dibuat. Sekurang-kurangnya ini dibuat untuk memperdalam pengetahuan Conducing untuk setiap individu yang sedang belajar tentang musik, khususnya musik gerejawi. Sebagai seorang pemimpin dan pelayan Tuhan, tentunya setiap inidividu diharapkan menjadi pelayan yang memimpin bukan hanya dengan charisma memimpin, namun memiliki integritas sebagai pemimpin musik yang baik. tentunya dengan memahami dan mempelajari ilmu pengetahuan musik secara mendalam, khususnya conducting. Diharapkan dengan ini ada sebuah motivasi yang besar untuk menjadi pemimpin yang juga memberdayakan pengetahuan kepada anggotanya dengan baik.













Referensi

Hermann Scherchen
1989 Hand Book Of Conducting. New York : Oxfort University Press
Simanungkalit
1979 Menjadi Dirigen Jilid I dan II: Membentuk Suara. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi,.
Daniel firmandono
Conducting I. Ungaran : Jurusan Musik Gereja STT Abdiel

1 komentar: