Kamis, 16 Juni 2011

Etika Berpacaran...

Etika berpacaran : Kissing Lips
I. Pendahuluan
Berpacaran erat kaitannya dengan sebuah sentuhan. Baik itu tangan dengan tangan dan lainnya. Hal ini sering dikenal dengan bahasa tubuh. Bahasa tubuh dikatakan sebagai salah satu sarana untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Namun bahasa tubuh yang seperti apa? Ciuman bibir atau dalam bahasa kerennya disebut kissing lips ini bukan lagi menjadi hal yang asing lagi untuk sebuah hubungan berpacaran masa kini. Hampir semua lapisan memperbolehkan bahkan menghalalkan kissing lips. Tidak ada satu pun pihak yang dengan berani mengatakan secara tegas bahwa ciuman bibir ini dilarang atau tidak diperbolehkan. Banyak pendapat mengatakan, masalah ciuman bibir itu kembali pada diri masing-masing pribadi. Jadi intinya “ya terserah mereka”, mau menghalalkan atau menolaknya. Disini Etika Kristen mau berbicara perihal kebenaran. Masalah kissing lips ini diangkat karena sebenarnya dibutuhkan ketegasan yang berdasarkan kebenaran untuk menghentikan kekeliruan sebuah problema yang masih abu-abu ini ditengah-tengah dunia yang semakin menakutkan.

II. Pengertian
Kissing lips atau sering disebut ciuman bibir adalah ciuman antara bibir dengan bibir. Ada beberapa tipe ciuman bibir, salah satunya adalah tipe ciuman yang hanya menyentuhkan bibir dalam beberapa detik saja tanpa gerakan lidah bertemu lidah. Berikutnya ada ciuman bibir yang disertai dengan lidah bertemu lidah yang menjelajah ke mulut pasangannya. Selanjutnya ciuman bibir yang selalu diikuti dengan lidah gerakan lidah dengan lidah yang menjelajah ke mulut pasangannya dan tangan yang ikut bergerak meraba kepada pasangannya. Sebenarnya masih banyak lagi tipe ciuman bibir atau kissing, namun saya rasa pengetahuan tentang ciuman bibir ini cukup untuk membantu memahami pembahasan masalah.

III. Ada apa dengan kissing lips?
Sebuah ciuman bibir atau kissing lips ini memilki sebuah sensasi dan kenikmatan tersendiri yang pastinya membuat sesorang melakukannya dan melakukannya lagi. Kissing lips ini memilik candu yang membuat seseorang menjadi ketagihan. Lalu apa sebenarnya yang membuat kissing lips dapat dikatakan sebagai sebuah kenikmatan? Sebenarnya kissing lips bukanlah budaya orang Indonesia. Budaya kissing lips ini dibawa dari budaya barat. Banyak sekali media yang membuat budaya-budaya asing teritegrasikan sehingga budaya kissing lips hampir dikatakan bukanlah hal yang tabu. Indonesia terlalu terbuka dengan hal-hal ini,
IV. Dampak Kissing lips
Beberapa pihak berkata bahwa kissing lips mempunyai dampak positif, namun ternyata dampak negatif lebih banyak ditemukan dewasa ini. Dibawah ini ada beberapa dampak-dampak kissing lips :
a. Dalam Dunia Medis
Jurnal kesehatan Inggris mengemukakan sebuah hasil riset akibat buruk berciuman. Bukan hal baru jika berciuman bisa menularkan bibit penyakit. Bahkan, ada jenis penularan yang bisa berkomplikasi ke selaput otak lewat cara berciuman ini. Akibatnya selaput otak berisiko jadi meradang (meningitis). jutaan, kuman yang bersarang di rongga mulut bisa berpindah ke pasangan saat berciuman. Kuman tersebut bertukar tempat kendati sekadar lewat ciuman biasa. Ciuman bibir saja pun sudah bisa memindahkan sekian banyak kuman, apalagi yang lebih dari itu. Sebagai contoh misalnya berciuman gaya Prancis, Ciuman ala Prancis berisiko saling menularkan penyakit. Bibit penyakit yang ada di masing-masing mulut pasangan saling bertukar tempat. Berciuman Prancis tergolong model berciuman yang diawali dengan masing-masing mulut terbuka selebar mulut kuda nil, lalu melumat lidah, dan lidah menjelajah sampai ke dalam mulut pasangan deep throat. Tidak perlu dengan gaya berciuman prancis, karena ciuman dengan bibir yang saling bersentuhan saja virus dengan mudahnya dapat berpindah lewat air liur (saliva). Perpindahan air liur dari mulut sehat ke mulut sakit inilah akar utamanya. Dalam jangka waktu beberapa hari saja pasangan akan terjangkit dengan mudahnya. Jenis virus yang tidak asing didunia medis adalah Epstein-Barr yang sering menjadi pemicu kissing disease , dan virus ini tergolong pemain lama. Selain Virus Epstein-Barr, ada jenis virus lain yang berpotensi ditularkan lewat berciuman, antara lain Virus Cytomegalo, Virus Herpes-6, Virus Hepatitis, Parasit Toxoplasma, dan Virus HIV penular AIDS sendiri. Ini juga disebut-sebut sebagai dalang utama beberapa penyakit lain yang beredar dalam darah. Contohnya sebagai salah satu faktor penyebab serangan jantung koroner. Selain itu juga disebut-sebut sebagai pencetus kangker leher rahim. Nama resmi kissing disease sebenarnya adalah Infectious Mononucleiosis. Seperti penyakit flu awal kissing disease memang hanya memiliki gejala demam biasa. Demam disertai rasa tidak enak ditenggorokan, badan letih berkepanjangan, mengantuk berat, keluhan tidak enak diperut dan pusing terus-menerus. Gejala ini dapat berlangsung berminggu-minggu bahkan sampai enam minggu.
b. Dalam Hubungan Dengan Allah
Berawal dari sebuah sentuhan tangan, lalu ciuman kening/dahi, ciuman pipi (cipika-cipiki), berlanjut ciuman bibir dan seterusnya. Jika seseorang merasa mulai nyaman dengan sebuah sentuhan tangan maka hal ini akan menjadi biasa dan berlanjut kepada ciuman kening dan juga ciuman pipi. Ketika ciuman pipi dianggap lumrah maka seseorang akan merasa bosan dan mereka akan beranjak satu level dari pipi kepada bibir. Sebenarnya ciuman bibir dapat dikatakan sebagai pintu. Entah itu pintu surga dunia atau pintu dosa, sama saja saya rasa. Ciuman hanya sebatas bibir masih dikatakan lumrah dalam dunia orang Indonesia, namun tidak semuanya juga berkata demikian. Ketika seseorang mulai berani melakukan kissing lips maka dia telah membuka sebuah pintu peluang selebar-lebarnya bagi dosa untuk masuk. Jika ciuman bibir dilakukan pada saat yang sama tangan tidak akan tinggal diam. Tangan akan menjelajah kesegala arah, bukan hanya itu, berawal dari ciuman bibir kegiatan ini akan berlanjut kepada ciuman dileher, dada dan seterusnya. Dalam hal ini semuanya bekerja, kecuali logika. Seseorang akan terbuai didalamnya, sehingga lewat ini dia telah membuka jalan bagi si Iblis untuk bekerja. Dan akhirnya Iblis memanfaatkan ini agar manusia jatuh kedalam pelanggaran dan dosa seks. Tidak berhenti disini, ketika seseorang sekali melakukan seks maka dia akan melakukannya lagi. Maka ia akan jatuh kembali dalam dosa. Dosa selanjutnya yang menunggu adalah ketika terjadi kehamilan. Merasa tidak siap, merasa anak haram, maka dengan sangat berani dosa menggugurkan kandungan terjadi. Dosa seperti mata rantai, sekali seseorang melakukannya maka ia akan melakukan dosa yang lainnya tanpa terkendali demi menutupi dosa awal. Jelas ini akan memperburuk hubungan antara manusia dengan Allah. “Allah memanggil kita bukan untuk melakukan cemar, melainkan apa yang kudus” (1 Tes 4 : 7) bahkan disini jelas dikatakan bahwa Alkitab menentang dengan tegas dosa seks pranikah “karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi istrimu sendiri dan hidup dalam pengudusan dan penghormatan..” (1 Tes 4 : 3,4) dan dikatakan selanjutnya bahwa orang yang dalam hawa nafsu adalah orang yang tidak mengenal Allah “..bukan didalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah” (1 Tes 4 : 5). Berarti jelas dapat dilihat dosa seks diawali dari kissing lips. Dan berarti kissing lips termasuk hal yang tidak berkenan dihadapan Allah. Sebab melalui ini adalah pintu dimana kekudusan itu mulai sirna. Sebagai bait Allah seharusnya manusia menjadi kudus “…sebab bait Allah itu adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu” (1 Kor 3 : 17). Dan Tuhan sendiri yang menguduskan manusia “……..sebab, Aku Tuhan, yang menguduskan kamu adalah kudus” (Im 21 : 8). Bagaimana manusia dapat dipakai Tuhan jika ia tidak mampu menjaga kekudusannya.

V. Kaca Mata Etika Kristen
Jelas dapat dipahami dengan mudah, bahwa Etika Kristen adalah pengambilan keputusan berdasarkan Alkitab, atau berdasarkan standar kebenaran yang Allah tentukan. Jadi mari kita pandang bersama-sama seperti apa kissing lips dimata Etika Kristen. Sebuah cara pengambilan keputusan yang dilakukan waktu itu juga, ketika ciuman bibir tidak lagi dianggap tabu, tanpa memikirkan dampak lain yang akan terjadi ini berkaitan dengan hati nurani. Hati nuarani/suara hati adalah tempat final sebuah keputusan itu diputuskan. Namun tidak semua apa kata hati nurani itu benar dan baik, sehingga setiap pribadi dengan pasti bahkan mutlak harus mempertanggung jawabkan suara hatinya. Sebuah pengambilan keputusan dan hati nurani yang berperan didalamnya akan sangatlah penting. Ketika pribadi dikatakan dewasa dalam tahap-tahap kesadaran moral maka ia akan mengambil keputusan sebagai pribadi yang kompeten dan mampu membawa dirinya sendiri juga dapat bertanggung jawab atas apa yang diperbuat. Berkaitan dengan masalah kissing lips inilah seorang individu dianggap mampu membawa dirinya sendiri. Mampu mengambil keputusan dengan baik tanpa memikirkan bagaimana kata orang nanti. Diharapkan Individu menolak kissing lips bukan hanya karena takut tertular penyakit atau dosa, tapi yang paling penting adalah karena tanggung jawabnya kepada Allah sebagai sang pencipta. Inilah sebuah pemahaman yang benar tentang pribadi yang dewasa. Dikatakan secara jelas bahwa kissing lips adalah ‘pintu’ awal sebuah dosa seks. Jadi ketika manusia mencoba menyentuh dan membuka pintu ini maka ia akan jatuh dalam dosa. Sebenarnya secara gamblang bahwa ciuman bibir mengawali sebuah dosa perjinahan. Alkitab mengatakan Allah bersemayam ditempat yang maha kudus “…Allah bersemayam diatas tahtanya yang kudus” (Maz 47 : 9) maka kita sebagai baitnya harus lah kudus.

VI. Kesimpulan
Jadi sebenarnya etika jelas dan tegas mengatakan bahwa dalam berpacaran ciuman bibir tidak diperbolehkan. Sebenarnya ketidak beranian dan ketidak tegasan beberapa pihak terhadap masalah ini perlu dihentikan. Karena hal ini jelas dimata etika kekristenan adalah hal yang menimbulkan ketidakbenaran dan bahkan pelanggaran dimata Tuhan. Dunia perlu mengoreksi kembali mengapa mereka membebaskan budaya yang bukan mencerminkan Indonesia, tentunya dengan pemahaman yang mendasar dan benar.

VII. Referensi
Suseno, Franz Magnis. Etika Dasar; Masalah-masala Pokok Filsafat Moral. Kanisus, Jakarta. 1985
Suseno, Frans Magnis. 12 Tokoh Etika Abad ke-20. Kanisius. Jakarta. 2000
Walker, D. F. Konkordansi Alkitab. Bpk Gunung Mulia. Jakarta. 2009
http://dthalovehim.multiply.com/journal/item/4
http://www.g-excess.com/id/kenakalan-remaja-faktor-penyebab-dan-tips-menghadapinya.html

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. sipp...sya sangat diberkati dengan tulisan ini dan saya sependapat dengan anda. bagaimana kita bisa dipakai Tuhan klo kita membiarkan diri kita dirusakkan oleh dosa kecemaran. Kita memang adalah orang berdosa dan seperti bejana yang rusak, tetapi Allah menerima kita, mengampuni kita, menebus kita, memperbaiki bejana rusak dan cemar itu dan bahkan Allah masih memakai kita, itu adalah anugerah yg luar biasa. Apabila kita tidak menjaga kekudusan sama saja kita membiarkan Tuhan memakai bejana yang rusak dan kotor untuk melayani orang, bukankah itu justru akan mencemarkan citra Allah dimata manusia bukanya memuliakan Allah. kita telah menerima anugerah dan bahkan Allah yang kudus mau tinggal dalam diri kita, bagaimana mungkin kita membiarkan Dia yang kudus tinggal dalam rumah yang kotor dan mnjijikkan?
    Kita sebagai orang yang dahulu bukan siapa2 tapi yang sekarang menjadi umat pilihan dan bahkan diangkat menjadi anakNya sudah seharusnya mau hidup seturut kehendakNya, dengan menjaga hidup kudus di hadapanNya.

    God Bless..

    BalasHapus
  3. thanks Daud..
    Sebagai umat pilihan, memang sepatutnya kita menjaga tubuh kita sebagai bait-Nya dengan sebenar-benarnya. Namun ada hal yang lebih penting lagi, yaitu menggunakan tubuh kita untuk melakukan pekerjaan Allah. selamat berjuang!
    Tuhan Yesus memberkatimu : )

    BalasHapus